Profil Desa Blongkeng
Ketahui informasi secara rinci Desa Blongkeng mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Blongkeng di Ngluwar, Magelang, adalah pusat industri batu bata merah tradisional yang vital. Desa ini memadukan kekuatan ekonomi kerajinan bata dengan sektor pertanian padi yang subur, mencerminkan komunitas pekerja keras yang hidup dari tanah vulka
-
Sentra Industri Bata Merah
Blongkeng merupakan salah satu produsen utama batu bata merah tradisional di Kabupaten Magelang, dengan ratusan UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian desa.
-
Ekonomi Ganda
Desa ini memiliki struktur ekonomi yang unik dan tangguh, menyeimbangkan sektor industri bata merah yang padat karya dengan sektor pertanian padi yang subur dan produktif.
-
Memanfaatkan Tanah Vulkanik
Kehidupan ekonomi Blongkeng, baik industri maupun pertanian, sangat bergantung pada kualitas tanah aluvial vulkanik dari Merapi, yang menjadi sumber daya utama sekaligus tantangan lingkungan.
Di tengah hamparan subur Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, terdapat sebuah desa di mana tanah tidak hanya menumbuhkan pangan, tetapi juga membentuk fondasi ribuan bangunan. Desa Blongkeng adalah sebuah desa dengan dua wajah ekonomi yang sama kuatnya: hijau subur persawahan di satu sisi dan merah membara dari tungku-tungku pembakaran bata di sisi lain. Desa ini merupakan pusat industri batu bata merah tradisional yang vital, sebuah testimoni dari etos kerja keras dan kemampuan masyarakat dalam mengubah anugerah tanah vulkanik menjadi pilar-pilar kehidupan.
Geografi, Wilayah, dan Demografi
Desa Blongkeng terletak di kawasan dataran rendah yang subur, diuntungkan oleh posisinya di Cekungan Aluvial Yogyakarta yang kaya akan endapan material dari Gunung Merapi. Kesuburan tanah inilah yang menjadi modal utama bagi dua pilar ekonomi desa. Secara geografis, desa ini berada di lokasi yang cukup padat dan aktif, tidak jauh dari pusat Kecamatan Ngluwar.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, luas wilayah Desa Blongkeng ialah 2,45 kilometer persegi. Wilayah yang relatif luas ini secara administratif terbagi menjadi dua belas dusun, sebuah jumlah yang cukup banyak dan menandakan populasi yang besar dan tersebar. Batas-batas wilayahnya meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Desa Tempak, sebelah timur dengan Desa Karangtalun, sebelah selatan dengan wilayah Kabupaten Sleman (DIY), dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Plosogede.Data kependudukan BPS pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Blongkeng sebanyak 4.008 jiwa, yang terdiri dari 1.990 penduduk laki-laki dan 2.018 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.636 jiwa per kilometer persegi, mencerminkan sebuah komunitas yang besar dan dinamis.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Pemerintahan Desa Blongkeng, yang saat ini berada di bawah kepemimpinan Kepala Desa Bapak H.M. Fauzi, menghadapi tantangan tata kelola yang unik. Pemerintah desa harus mampu menyeimbangkan kepentingan dua sektor ekonomi yang berbeda karakter. Di satu sisi, mendukung keberlanjutan sektor pertanian melalui pengelolaan irigasi dan program-program pemberdayaan petani. Di sisi lain, membina ratusan UMKM di sektor industri bata merah, termasuk dalam hal perizinan, akses pasar, dan pengelolaan dampak lingkungan dari aktivitas industri.
Industri Bata Merah: Pilar Ekonomi dari Tanah Merapi
Identitas utama yang paling menonjol dari Desa Blongkeng adalah statusnya sebagai sentra industri batu bata merah. Hampir di setiap sudut desa, pemandangan tungku pembakaran (tobong) yang menjulang dan tumpukan bata yang sedang dijemur menjadi ciri khas yang tak terpisahkan. Ratusan keluarga di desa ini menggantungkan hidupnya pada industri ini, yang dijalankan secara turun-temurun.Proses pembuatan bata di Blongkeng sebagian besar masih dilakukan secara tradisional dan padat karya. Dimulai dari penggalian tanah liat berkualitas tinggi dari lahan-lahan sekitar, proses pencetakan manual, penjemuran di bawah sinar matahari, hingga pembakaran selama berhari-hari di dalam tobong menggunakan sekam padi atau kayu bakar.Batu bata produksi Blongkeng dikenal memiliki kualitas yang sangat baik—padat, kuat, dan berwarna merah cerah. Kualitas ini diyakini berasal dari kandungan mineral dalam tanah liat vulkanik yang menjadi bahan bakunya. Produk dari desa ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pembangunan di Magelang, tetapi juga dipasok secara luas ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, menjadikannya salah satu pilar penting dalam rantai pasok industri konstruksi regional.
Lumbung Padi: Wajah Agraris yang Bertahan
Meskipun denyut industri bata merah sangat kuat, Desa Blongkeng tidak meninggalkan akar agrarisnya. Wajah lain dari desa ini adalah hamparan sawah irigasi yang hijau dan produktif. Sektor pertanian, khususnya tanaman padi, tetap menjadi pilar penting yang menjamin ketahanan pangan dan memberikan sumber pendapatan bagi sebagian warga lainnya.Keberadaan dua sektor ini menciptakan pemandangan yang kontras namun harmonis: area persawahan yang tenang dan menyejukkan berdampingan dengan area produksi bata yang sibuk dan penuh energi. Dualisme ekonomi ini juga menjadi strategi mitigasi risiko bagi masyarakat; ketika satu sektor mengalami kelesuan, sektor lainnya dapat menjadi penopang.
Penutup: Desa Pembangun dari Tanah yang Menghidupi
Desa Blongkeng adalah sebuah perumpamaan tentang tanah yang menghidupi. Tanah yang sama, yang di permukaan menumbuhkan padi untuk pangan, di kedalamannya mengandung material untuk membangun tempat bernaung. Desa ini adalah bukti nyata dari semangat kerja keras, di mana masyarakatnya tidak hanya menunggu hasil panen, tetapi aktif membentuk dan menciptakan nilai dari setiap jengkal tanah yang mereka miliki. Di antara kepulan asap tobong dan hijaunya padi yang merunduk, terdapat kisah tentang sebuah komunitas yang ulet, produktif, dan benar-benar membangun masa depannya dari tanah kelahirannya sendiri.
